Prince of The Dragon : Bagian Dua

11/05/2017

prince-of-the-dragon-jurnal-kehidupan

Johan berjalan di belakang mengawasi sekeliling hutan yang terhindar dari pancaran sinar matahari. Mata pedangnya terhunus tajam di depan dada. Tatapannya tertuju pada semak belukar di depan sang raja.

"Kita harus hati-hati!" Ungkapnya mendekati Raja Thomas.

Rauungg.. Grraa.. 

Macan buas melompat dari semak belukar. Kuku tajamnya siap mencakar mangsa.

Buuuk..

Johan menendang perutnya sekeras mungkin. Pedangnya bersiap menebas! Macan lapar ini terlihat begitu buas. Matanya mencerminkan naluri liar seperti dendam.

"Pedangku dari kerajaan Arcid pasti bisa mengatasinya!" Thomas de Volt mengeluarkan pedang bersarung biru dari pinggang kirinya.

"Kita lawan dari dua arah!" Johan berlari menyerang macan itu dari arah kiri. Macan itu amat lincah, dia menghindar dengan mudahnya dari serangan Johan.

"Pertahankan itu!" Thomas berlari dengan posisi menyerang. Dicabutlah pedang yang tertempel mata berlian digagangnya. Kini pedangnya menjadi dua! "Hyaaa...." Dua pedang di tangannya siap menusuk macan buas itu.

Grrraaaa.. Cakar kanannya menerkam tangan Johan yang hendak menebaskan pedangnya. "Aaaa.." Teriak Johan. Pedangnya terhempas jatuh ke tanah. Dengan lincah, Raja Thomas berlari dengan pedang terhunus.

Tak lama kemudian, Macan itu tidak mampu berdiri. Matanya terbuka lebar. Darah keluar dari tubuhnya. Dua pedang Raja Thomas masih tertancap di perutnya. Kini sang macan menemui ajalnya. 

"Aku minta maaf! Karena lambat menebas macan itu, kau kewalahan mempertahankan posisi." Thomas mengambil pedang Johan yang terjatuh.

"Sudahlah tak apa. Macan itu kini telah mati. Mungkin ini rintangan pertama kita sebelum melawan Naga lava, Naga yang berelemen api, dengan jurus semburan apinya. Lagipula yang terluka cuma tangan kiri, itupun bagian punggungnya. Aku masih bisa menggunakan pedangku." Johan menerima pedangnya dari Thomas.

Thomas memegang tangan kiri sahabatnya. "Lukanya harus cepat diobati sebelum darah mengalir semakin banyak! Ayo kita cari tanaman obat."

Mereka berdua berjalan mencari tanaman yang dapat digunakan sebagai obat, untuk meminimalisir darah yang menetes. Baju besi Raja Thomas dengan kain jubah berwarna merah menandakan kewibawaan dan keberanian terhempas angin hutan yang sejuk.

Semakin dalam mereka memasuki hutan. Pohon besar dan tinggi menemani mereka. Tanah yang berbatu tertutup daun-daun berjatuhan menimbulkan bunyi yang khas.

"Kita harus segera temukan tumbuhan obat!" Thomas menyibak semak belukar dengan pedang kerajaan arcid. Yaitu kerajaan yang terkenal dengan pengrajin pedangnya.

"Bagaimana ciri tumbuhan itu? Apakah kita bisa menemukannya?" Tanya Johan memegang erat tangan kirinya.

"Aku pernah membaca buku tentang tumbuhan herbal yang mudah ditemukan di sebagian besar hutan. Untuk tumbuhan penghilang rasa nyeri dan menghambat darah berwarna hijau muda, daunnya ungu, yang merupakan tanaman rambat." Jelas Raja Thomas melihat tumbuhan di sekelilingnya.

"Wah pengetahuanmu luas sekali. Kau memang benar-benar layak jadi pemimpin kerajaan Erdine." Puji Johan ditambah senyuman.

"Itu tumbuhannya!" Thomas berlari menuju tumbuhan itu, menghiraukan pujian sahabatnya.

Wussh.. cleeb.

Belum juga sampai pada tumbuhan itu. Anak panah melucur dengan cepat, menancap pada batang pohon.

"Siapa itu!" Teriak Thomas melihat sekeliling hutan gelap tanpa sinar mentari.

To be Continued..
Cerita selanjutnya.. ⇨ 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »